Skip to main content

Fadhilah (Keutamaan) Menuntut Ilmu

Abul Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Katsier bin Qays berkata: Saya duduk bersama Abud Darda' r.a. di masjid Damsyiq, tiba-tiba datang seorang dan berkata: Saya datang kepadamu dari madinah, karena saya mendengar bahwa kamu meriwayatkan satu hadits dari Rasulullah s.a.w lalu ditanya oleh Abu Darda': Apakah kamu tidak datang untuk berdagang atau hajat keperluan lain-lainnya, betul-betul kamu tidak datang kecuali untuk belajar hadits ini? jawabnya: benar-benar saya tidak datang kemari kecuali untuk belajar hadits ini, maka Abud Darda' berkata: Saya telah mendengar Nabi s.a.w. bersabda:




Siapa yang berjalan di jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan dari jalan-jalan sorga. Dan Malaikat selalu menghamparkan sayapnya untuk menaungi orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang dilakukan. Dan seorang alim itu dimintakan ampun oleh semua penduduk langit dan bumi dan ikan-ikan di dalam air, dan kelebihan seorang alim terhadap seorang ahli ibadat sebagaimana kelebihan bulan purnama terhadap lain-lain bintang. Dan ulama' itu sebagai pewaris dari nabi-nabi, dan nabi-nabi itu tidak mewariskan harta perak atau emas, tetapi mereka mewariskan ilmu, maka siapa yang mendapatkannya berarti telah mendapat bagian yang sebanyak-banyaknya.

Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas'uud r.a. berkata:
Dua macam kerakusan yang tidak kunjung kenyang, yaitu yang menuntut ilmu dan yang mengejar dunia, tetapi keduanya tidak sama, adapun yang menuntut ilmu maka selalu bertambah diridhai Allah, sedang yang mengejar kekayaan dunia bertambah merajalela dalam kesesatannya, kemudian ia membaca: Innama yakh sya Allah min ibaadihil ulamaa'u (Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulamaa' (yang mengenal Allah). Dan membaca: Kallaa innal insaana layathgha an ra'aahus taghna. (Tidak, tidak demikian, tetapi manusia akan melampaui batas bila ia merasa kaya, tidak berhajat kepada yang lain)

Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Sirin berkata: Ketika saya masuk di masjid Bashrah, sedang Al Aswad bin Sarie' dikerumuni orang yang sedang mendengar pengajiannya, dan dilain sudut masjid orang berkerumun membicarakan ilmu fiqih, lalu saya sembahyang tahiyyatul masjid di antara mereka, kemudian setelah selesai, tergerak dalam hati: Andaikan saya hadir di majelis dzikir, kalau-kalau mereka diterima atau mendapat rahmat saya pun akan mendapat juga, tetapi jika saya duduk bersama ahli fiqih kemungkinan saya mendengar apa-apa yang belum pernah saya dapat, dalam perasaan yang sedemikian itu akhirnya saya keluar dan tidak duduk bersama mereka, dan pada malamnya saya bermimpi didatangi seorang yang berkata: Andaikan kau duduk bersama ahli fiqih niscaya kamu mendapatkan Jibril duduk bersama mereka.

Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah s.a.w bersabda:
Siapa yang ingin melihat orang yang dimerdekakan Allah dari neraka, maka lihatlah para murid-murid (pelajar-pelajar agama), maka demi Allah yang jiwa Muhammad ditangan-Nya. tiada seorang pelajar yang hilir mudik ke pintu orang alim melainkan Allah menulis untuknya bagi tiap huruf yang dipelajari dan tiap langkah sama dengan ibadat satu tahun, dan untuk tiap langkah satu kota di sorga, dan tiap ia berjalan dimintakan ampun oleh bumi, dan tiap pagi dan sore tetap diampunkan dosanya, dan disaksikan oleh Malaikat, bahkan mereka berkata: Mereka inilah yang dimerdekakan oleh Allah dari api neraka.

Said bin Almusayyab dari Abu Saied Alkhudri r.a. berkata: Rasulullah s.a.w bersabda:
Amal yang utama di atas bumi ini tiga: penuntut ilmu, dan jihad dan usaha kasab, sebab penuntut ilmu itu kekasih Allah, dan pejuang jihat itu waliyullah, dan usaha kasab shiddiqullah (orang yang sungguh-sungguh taqwa kepada Allah).

Aban dari Anas bin Malik r.a. berkata: Nabi s.a.w. bersabda:
Siapa yang menuntut ilmu bukan karena Allah, maka tidak akan keluar dari dunia sehingga ilmu itu memaksanya untuk ikhlas karena Allah. Dan siapa yang menuntut ilmu karena Allah maka ia bagaikan orang yang puasa siang hari dan bangun malam hari. Dan belajar satu bab ilmu agama lebih baik baginya dari pada mempunyai emas sebesar bukit abu qubais lalu di belanjakan fisabilillah.

Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi s.a.w. bersabda:
Tiada cara ibadat yang lebih afdhal di sisi Allah dari pada mempelajari agama benar-benar, sampai benar dapat membedakan halal dan haram, dan seorang yang mengerti halal dan haram bagi syaithan lebih berat dari seribu ahli ibadat bodoh, dan tiap sesuatu ada sendinya, dan sendi agama ini ialah ilmu fiqih (mengerti halal dan haram)

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata:
Manusia ada tiga macam, seorang alim rabbani (yang takut kepada Allah) dan seorang murid (pelajar) yang ingin selamat, dan selain itu rakyat jelata pengikut tiap suara seruan, condong mengikuti arah angin. Juga ia berkata: Ilmu lebih baik dari harta. Ilmu menjaga dirimu, sedang kamu menjaga harta, dan ilmu bertambah jika disiarkan sedang harta berkurang jika dibelanjakan. Dan ulama' itu akan tetap hidup selamanya meskipun jasadnya tidak ada, dan ajaran mereka selalu teringat dalam hati.


 

Comments

Popular posts from this blog

Corak Aqidah Islam Pada Masa Nabi Dan Sahabat

Aqidah Islam yang dikembangkan Nabi Muhammad terhadap para sahabat dan para pengikut terdekat beliau bercorak monolitik, yakni satu bentuk ajaran tanpa ada perdebatan dan sanggahan-sanggahan. Yaitu mempercayai ke-Tuhanan Allah Yang Maha Esa, ke-Rasulan Muhammad beserta ajaran yang dibawanya yang beliau terima lewat wahyu, para malaikat yang memiliki tugas-tugas tertentu, serta kehidupan akhir berupa surga dan neraka beserta prosedur hisabnya, dan keyakinan akan adanya qadha dan qadar.

Pengertian Akhlak

Kata akhlak merupakan salah satu pembendaharaan bahasa Indonesia yang dikutip dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata khulqun dan khilqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Digunakannya kata akhlaqun  untuk makna budi pekerti, dan seakar dengan kata khalqun  yang bermakna kejadian, karena tingkah laku, budi pekerti dan perangai itu merupakan perwujudan konsep-konsep yang terbentuk sebagai interaksi antara doktrin-doktrin ajaran yang telah dimiliki seseorang dengan lingkunagan sosial yang dihadapinya. Sementara itu, Barmawy Umary berpendapat bahwa penggunaan kata akhlaq  seakar dengan kata khaliq  (Allah pencipta) dimaksud agar terjadi hubungan baik antara manusia sebagai makhluk dengan Allah sebagai khaliq-nya, diantara manusia sebagai makhluk dengan makhluk-makhluk lainnya.

Lahirnya Aliran Ahlus Sunah wal Jama'ah

Aliran ini dilahirkan dan dikembangkan oleh Abu Hasan al-Asy'ari (260-324 H) pada tahun 300 H di Baghdad. Abu Hasan al-Asy'ari sendiri pada awalnya adalah pengikut aliran teologi Mu'tazilah, namun dia terus dilanda keraguan dengan pemikiran-pemikiran kalam Mu'tazilah, terutama karena keberanian Mu'tazilah dalam mena'wilkan ayat-ayat mutasyabihat untuk mendukung logika teologi mereka, sehingga pemaknaannya berbeda dengan lafalnya, dan juga karena keberanian mereka dalam membatasi penggunaan al-Sunnah hanya yang mutawatir saja untuk doktrin-doktrin aqidahnya.