Skip to main content

Menyempurnakan Sembahyang dan Khusu' di dalamnya

Abul-Laits Assamarqandi meriwayatkan dari sanadnya dari Salman Alfarisi r.a. berkata: Sembahyang, itu bagaikan neraca timbangan, maka siapa yang menepati maka akan dicukupi bagiannya dan siapa yang mengurangi, maka kamu telah mengetahui ancaman Allah dalam surat Almuthaffifin (orang-orang yang mengurangi timbangan/sukatan)



Hudzaifah bin Alyamani r.a. melihat orang sembahyang tidak sempurna ruku' dan sujudnya, maka berkata kepadanya. Jangan kamu mati dalam sembahyang yang sedemikian itu, niscaya kamu mati diluar fitrhah (Islam).
Alhasan Albashri berkata. Nabi s.a.w. bersabda:

Sukakah saya beritahu kepadamu sebusuk-busuk pencurian? Sahabat berkata: Baiklah ya Rasulullah. Nabi s.a.w. bersabda: Yaitu orang yang mencuri dalam sembahyangnya. Ditanya: Bagaimana mencuri  sembahyangnya? Jawab Nabi s.a.w: Yaitu orang yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya.

Ibn Mas'ud r.a. berkata:
Siapa yang tidak didorong oleh sembahyangnya untuk berbuat kebaikan, dan tidak tercegah dari munkar, maka tidak bertambah dari Allah melainkan jauh. Lalu Ibn Mas'ud membacakan ayat: Wa aqimis shalata innas shalata tanha anil fahsya'i wal munkari (Tegakkanlah sembahyang, sesungguhnya sembahyang itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar).

Alhakam bin Uyainah berkata: Siapa yang di dalam sembahyangnya memperhatikan orang-orang yand di kanan-kirinya, maka tidak dianggap sembahyangnya.

Muslim bin Yasar berkata kepada keluarganya: jika aku dalam sembahyang maka kamu boleh bicara-bicara, maka aku tidak mendengar bicaramu.

Ya'cub Alqari' ketika ia sedang sembahyang tiba-tiba datang orang mencopet (mengambil) sorbannya, dan dibawa kepada kawan-kawannya, maka kawan-kawannya mengetahui bahwa itu sorban Ya'cub Alqari', karena itu mereka menasehatkan kepada pencopet itu supaya mengembalikannya, sebab kami kuatir terkena do'anya, maka segera dikembalikan, sedang Ya'cub masih belum selesai sembahyang, dan memberi tahu padanya. Ya'cub berkata: Saya tidak merasa siapa yang mengambil dan siapa yang mengembalikannya.

Rabi'ah Al-adawiyah pernah sembahyang dan ketika sujud, mendadak matanya tertusuk oleh duri, tetapi tidak merasa kecuali sesudah selesai sembahyang.

Nabi s.a.w melihat orang sembahyang sambil meluruskan jenggotnya, maka Nabi s.a.w. bersabda:
Lau khasya'a qalbuhu lakhasya'at jawarihuhu. (Andaikan khusyu' hatinya pasti khusyu' anggota badannya)

Ali bin Abi Thalib r.a. jika tiba waktunya sembahyang gemetar persendiannya dan berubah mukanya (warnanya). dan ketika ditanya tentang itu: Jawabnya: Tiba waktunya amanat yang ditawarkan oleh Allah kepada langit, bumi dan bukit dan semuanya menolak, karena kuatir daripadanya, tetapi lalu di tanggung oleh manusia dan saya tidak mengetahui apakah saya akan dapat menunaikan sebaik-baiknya atau tidak.

Saied bin Jubair berkata: Ketika kami bersama Ibnu Abbas r.a. di masjid Tha'if, juga bersama Ikrimah, Maimun bin Mahran dan Abul Aliyah, tiba-tiba mu'adzdzin naik dan berseru. Allahu Akbar 2x. Tiba-tiba Ibnu Abbas menangis sehingga basah sorbannya dan merah matanya. Abul-Aliyah bertanya: Hai sepupu Rasulullah, mengapa begitu sedih dan menangis, kami biasa mendengar adzan dan tidak menangis, tetapi kini kami menangis karena tangismu? Ibn Abbas berkata: Andaikan manusia mengetahui apa yang dikatakan oleh Mu'adzdzin pasti tidak dapat istirahat dan tidur. Lalu ditanya: Tolong beritahukan kepada kami apakah yang diserukan oleh Mu'adzdzin itu! Ibn Abbas r.a. berkata:
Apabila Mu'adzdzin berseru Allahu akbar, Allahu akbar, maka berarti ia berkata: Hai orang-orang yang sibuk, hentikan kesibukanmu untuk menyambut adzan, istirahatkan badanmu dan segerakan untuk berbuat kebaikanmu. Dan jika berseru: Asyhadu an la ilaha illallah, seolah-olah berseru: Aku persaksikan kepada semua penduduk langit dan bumi, supaya menjadi saksi untukku di sisi Allah pada hari qiyamat bahwa aku telah memanggil kamu. Dan jika berseru: Asyhadu anna Muhammada Rasulullah berarti berseru: Menyaksikan untukku pada hari qiyamat para Nabi dan juga Nabi Muhammad s.a.w. bahwa aku memberitahu kepadamu tiap hari lima kali. Dan bila berseru Hayya alash shalah, seolah-olah berkata: Sungguh Allah telah menegakkan agama untuk kamu maka tegakkanlah olehmu. Dan bila ia berseru: Hayya alal falah, seolah-olah berseru: Masuklah kalian dalam rahmat, dan ambillah bagimu dari petunjuk, dan berseru: Allahu akbar, Allahu akbar, seolah-olah berseru: Haram segala pekerjaan sebelum mengerjakan sembahyang. Dan bila berkata: Lailaha illallah, seolah-olah berkata: Inilah amanat tujuh petaka langit dan bumi telah diletakkan diatas lehermu, maka terserah padamu jika kamu akan melaksanakan atau mengabaikan.

Nabi s.a.w. bersabda:
Sungguh adakalanya dua orang sama-sama berdiri sembahyang, yang  tidak berbeda ruku' dan sujud keduanya, sedang perbedaan antara kedua sembahyang itu bagaikan jauhnya perbedaan antara langit dan bumi. Yakni karena perbedaan khusyu' masing-masing, meskipun pada lahirnya tidak terdapat perbedaan.

Comments

Popular posts from this blog

Corak Aqidah Islam Pada Masa Nabi Dan Sahabat

Aqidah Islam yang dikembangkan Nabi Muhammad terhadap para sahabat dan para pengikut terdekat beliau bercorak monolitik, yakni satu bentuk ajaran tanpa ada perdebatan dan sanggahan-sanggahan. Yaitu mempercayai ke-Tuhanan Allah Yang Maha Esa, ke-Rasulan Muhammad beserta ajaran yang dibawanya yang beliau terima lewat wahyu, para malaikat yang memiliki tugas-tugas tertentu, serta kehidupan akhir berupa surga dan neraka beserta prosedur hisabnya, dan keyakinan akan adanya qadha dan qadar.

Pengertian Akhlak

Kata akhlak merupakan salah satu pembendaharaan bahasa Indonesia yang dikutip dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata khulqun dan khilqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Digunakannya kata akhlaqun  untuk makna budi pekerti, dan seakar dengan kata khalqun  yang bermakna kejadian, karena tingkah laku, budi pekerti dan perangai itu merupakan perwujudan konsep-konsep yang terbentuk sebagai interaksi antara doktrin-doktrin ajaran yang telah dimiliki seseorang dengan lingkunagan sosial yang dihadapinya. Sementara itu, Barmawy Umary berpendapat bahwa penggunaan kata akhlaq  seakar dengan kata khaliq  (Allah pencipta) dimaksud agar terjadi hubungan baik antara manusia sebagai makhluk dengan Allah sebagai khaliq-nya, diantara manusia sebagai makhluk dengan makhluk-makhluk lainnya.

Lahirnya Aliran Ahlus Sunah wal Jama'ah

Aliran ini dilahirkan dan dikembangkan oleh Abu Hasan al-Asy'ari (260-324 H) pada tahun 300 H di Baghdad. Abu Hasan al-Asy'ari sendiri pada awalnya adalah pengikut aliran teologi Mu'tazilah, namun dia terus dilanda keraguan dengan pemikiran-pemikiran kalam Mu'tazilah, terutama karena keberanian Mu'tazilah dalam mena'wilkan ayat-ayat mutasyabihat untuk mendukung logika teologi mereka, sehingga pemaknaannya berbeda dengan lafalnya, dan juga karena keberanian mereka dalam membatasi penggunaan al-Sunnah hanya yang mutawatir saja untuk doktrin-doktrin aqidahnya.