Skip to main content

Takut Kepada Allah Ta'ala


Abul Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Said bin Almusayyab: Bahwa Umar dan Ubay bin Ka'b dan Abu Hurairah r.a. Mereka masuk kepada Nabi s.a.w dan bertanya:
Ya Rasulullah siapakah orang yang terpandai? Jawab Nabi s.a.w.: orang yang berakal. Kemudian mereka bertanya: Siapakah orang yang sangat beribadat? Jawab Nabi s.a.w.: Orang yang berakal. Mereka bertanya: Siapakah orang yang utama (afdhal)? Jawab Nabi s.a.w.: orang yang berakal. Mereka berkata: Ya Rasulullah tidakkah orang yang berakal itu orang yang sempurna akhlak kemanusiaannya, dan jelas kata-katanya, dan murah (loman) tangannya, dan besar kedudukannya? Jawab Nabi s.a.w.: Wa in kullu dzalika lamma mataa'ulhayaatiddunia wal akhiratu inda rabbika lil muttaqin, Al-aaqilu almutaqi, wa in kaana fiddunia khasiesa, danie'a (Itu semua perlengkapan kepuasan hidup di dunia, sedang akherat yang disisi Tuhan itu untuk orang yang bertaqwa, orang yang sempurna akal, ialah orang yang bertaqwa meskipun ia di dunia rendah hina) (Yakni orang yang bertaqwa ialah orang yang taat dan meninggalkan semua maksiyat).

Malik bin Dienaar berkata: Jika seorang merasa bahwa dirinya ada tanda-tanda takut dan berharap, maka sungguh-sungguh ia telah berpegang dengan pergelangan dan perintah yang kukuh. Adapun tanda takut, yaitu meninggalkan larangan-larangan Allah. Adapun tanda berharap yaitu mengerjakan perintah Allah.

Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Asysya'bi dari Abdullah bin Abbas r.a. berkata kepada Umar r.a. ketika tertikan oleh Abu Lu'lu'ah almajusi: Ya amiralmu'minin engkau telah islam ketika orang-orang masih kafir, dan telah berjihad bersama Nabi s.a.w, dan ketika dihina-hina orang.
Dan Rasulullah s.a.w ketika mati Ia ridha kepadamu, dan kaum muslimin tidak ada yang menentang kepadamu, dan kini engkau mati syahid. Maka dijawab Umar r.a.: Sesungguhnya orang yang tertipu ialah orang yang kamu puji-puji (gunggung), demi Allah andaikan saya mempunyai kekayaan sebanyak apa yang ada di dunia ini, saya akan menggunakannya untuk menebus diri dari hari qiyamat.

Alhasan Albashri dari Jabir r.a. berkata Rasulullah s.a.w bersabda:
Seorang mu'min di antara dua ketakutan, antara ajal yang sudah lalu, tidak tahu apakah yang akan dilakukan oleh Allah baginya. dan ajal yang akan datang juga tidak tahu bagaimana putusan Allah terhadap dirinya, karena itu seharusnya seorang hamba membekali dirinya dengan amalnya sendiri untuk keselamatan dirinya, dan dari dunia untuk akherat, dan dari hidup untuk matinya, maka demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sesudah mati tidak ada kesempatan untuk minta ampun, dan sesudah dunia ini tidak ada tempat selain sorga dan neraka.

Nabi s.a.w. bersabda: Allah befirman:
Demi kemuliaan dan kebenaranKu, Aku tidak akan menghimpun dua kali rasa takut, atau aman bagi hambaKu. Siapa yang takut kepadaKu di dunia, maka akan Aku amankan ia di akherat, dan siapa yang merasa aman dari padaKu di dunia, Aku takutkan ia di akherat (pada hari qiyamat)

Ammar bin Manshur berkata:
Ketika saya di bawah mimbar Ady bin Arthat, tiba-tiba ia berkata: Sukakah saya ceritakan kepadamu hadits antaraku dengan Rasulullah s.a.w. tidak renggang terkecuali oleh seorang? Jawab hadirin: Ya, maka ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:
Allah telah menjadikan malaikat di langit ketujuh yang terus menerus bersujud sejak dijadikan oleh Allah hingga hari qiyamat, selalu gemetar persendian mereka karena takut kepada Allah, maka bila tiba hari qiyamat mereka mengangkat kepala sambil membaca: Mahasuci Engkau Tuhan kami belum menyembah kepada-Mu dengan sesungguh arti menyembah.

Seorang Hakim berkata: Kesedihan menyebabkan tidak suka makan, dan ketakutan menyebabkan menjauh dari dosa dan pengharapan menguatkan berbuat taat dan ingat akan mati menyebabkan tidak mencampuri apa yang bukan kepentingannya.

Rasulullah s.a.w. bersabda:
Jika merasa gentar hati seorang mu'min karena takut kepada Allah maka runtuh dosa-dosanya bagaikan daun kering yang runtuh dari pohonnya.

Rasulullah s.a.w ditanya: Siapakah keluargamu ya Rasulullah? Jawabnya:
Keluargaku ialah tiap mu'min yang bertaqwa hingga hari qiyamat. Ingatlah bahwa wali-waliku ialah orang-orang muttaqin, dan tiada kelebihan bagi seorangpun di antara kamu kecuali dengan taqwalllah azza wajalla.

Abul Laits berkata: Tanda takut kepada Allah itu, terbukti dalam tujuh macam.
1. Terbukti di lidahnya, maka tertahan lidahnya dari dusta, ghibah dan bicara tidak penting, lalu digunakan untuk dzikir kepada Allah dan membaca Alqur'an dan mempelajari ilmu
2. Menjaga perutnya sehingga tidak makan kecuali yang halal, dan menurut kadar hajatnya
3. Memperhatikan penglihatannya sehingga tidak melihat yang haram dan tidak melihat dunia ini kecuali sekedar untuk peringatan
4. menjaga tangannya sehingga tidak mengulurkannya kepada yang haram, hanya digunakan untuk taat kepada Allah semata-mata
5. Menjaga kedua kakinya sehingga tidak digunakan kepada maksiat
6. Menjaga hatinya sehingga membersihkannya dari hasud, dengki, iri hati dan diganti dengan rasa sayang kepada sesama orang muslim
7. Menjaga taatnya supaya benar-benar tulus ikhlas kepada Allah, dan selamat dari riyaa', nifaq.
Maka apabila ia telah melaksanakan semua itu, termasuk orang-orang yang dijamin dalam ayat: Wal akhiraatu inda rabbika lil muttaqin (Azzukhruf 35) yang artinya: Dan akhirat yang disisi Tuhanmu itu khusus untuk orang-orang taqwa.

Rasulullah s.a.w bersabda:
Siapa yang keadaannya kemarin dengan sekarang sama-sama maka ia rugi, dan siapa yang sekarang lebih jahat dari kemarin maka ia mal'un (terkutuk) dan siapa yang keadaannya tidak bertambah pasti berkurang, dan siapa yang selalu berkurang maka mati itu lebih baik baginya.

 

Comments

Popular posts from this blog

Corak Aqidah Islam Pada Masa Nabi Dan Sahabat

Aqidah Islam yang dikembangkan Nabi Muhammad terhadap para sahabat dan para pengikut terdekat beliau bercorak monolitik, yakni satu bentuk ajaran tanpa ada perdebatan dan sanggahan-sanggahan. Yaitu mempercayai ke-Tuhanan Allah Yang Maha Esa, ke-Rasulan Muhammad beserta ajaran yang dibawanya yang beliau terima lewat wahyu, para malaikat yang memiliki tugas-tugas tertentu, serta kehidupan akhir berupa surga dan neraka beserta prosedur hisabnya, dan keyakinan akan adanya qadha dan qadar.

Sumber-sumber Ajaran Akhlak

Secara umum, norma akhlak itu terbagi dua, yaitu akhlak yang berasal dari ajaran keagamaan dan norma akhlak yang berasal dari pemikiran sekuler. Akhlak berasal dari ajaran agama bersumber pada nash al-Qur'an dan al-Sunnah, sedang norma akhlak sekuler bersumber dari dua sumber yaitu instink dan pengalaman. Sebagai sumber norma akhlak, al-Qur'an mengungkapkan berbagai norma perilaku baik dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan orang tua dan keluarga, maupun dengan lingkungan masyarakat. Baik atau buruknya suatu perbuatan dapat dilihat dari segi kesesuaiannya dengan norma-norma yang di ungkapkan oleh al-Qur'an tersebut. Sesuai dengan itu, dalam surat al-Maidah ayat ke 15 dan 16 Allah menyatakan yang artinya: "Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan kebenaran. Dengan kitab itulah Allah menunjukan orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan. Dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari

Hubungan Aqidah dengan Akhlak

Aqidah erat hubungannya dengannya dengan akhlak, karena aqidah merupakan landasan dan dasar pijakan untuk semua perbuatan, sedang akhlak adalah segenap perbuatan baik dari seseorang mukallaf, baik dalam hubungan dengan Allah sebagai Tuhannya, dengan sesama manusia maupun dengan alam lingkungan hidupnnya. Berbagai amal perbuatan tersebut, akan memiliki nilai ibadah kalau bertolak dari keyakinan aqidah, dan akan senantiasa terkontrol dari berbagai penyimpangan kalau diimbangi dengan suatu keyakinan aqidah yang cukup kuat. Oleh sebab itu, keduanya tidak dapat dipisahkan sama halnya antara jiwa dan raga, keduanya dapat dipisahkan dalam ulasan, tapi tidak dalam kenyataan.